MALU Kepada ALLAH

MALU kepada ALLAH swt. itu adalah kebaikan seluruhnya, dan sifat MALU itu sentiasa ada pada orang-orang beriman.

MALU pada hakikatnya tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan. Sikap ini mengajak pemiliknya agar menghiasi diri dengan kebaikan dan menjauhkan diri dari sifat-sifat yang tercela.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“IMAN itu ada tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih, yang paling utama adalah ucapan ‘LAAILAAHAILLALLAH’, sedangkan yang paling rendahnya adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan, dan malu itu salah satu dari cabang keimanan." (HR. Bukhari dan Muslim)

MALU yang sempurna yakni yang sebenar-benar malu kepada ALLAH swt. akan menimbulkan rasa bersalah dalam hatinya tatkala perbuatannya menyalahi di sisi agama, seperti meninggalkan perintah dan suruhan ALLAH taala.

Lisannya pula sentiasa terjaga dari mengumbar keburukan seperti menghina, mencarut dan perkataan-perkataan yang dusta.

"Sesungguhnya malu dan iman selalu beriringan, apabila salah satu di antaranya diangkat (dihilangkan) maka sifat yang lainnya pun akan diangkat pula." (Riwayat Imam Hakim melalui Ibnu Umar r.a.)

Tanpa sifat malu dan takut kepada ALLAH, manusia tidak akan segan selalu melakukan maksiat dan dosa.

Ada salah seorang sahabat r.a. yang mengecam saudaranya dalam masalah malu dan ia berkata kepadanya, “Sungguh, malu telah merugikanmu.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda,

دَعْهُ ، فَإِنَّ الْـحَيَاءَ مِنَ الإيْمَـانِ.

“Biarkan dia, karena malu termasuk iman.” (sahih HR al-Bukhari)

Abu ‘Ubaid al-Harawi rahimakumullah berkata,
“Maknanya, bahwa orang itu berhenti dari perbuatan maksiatnya karena rasa malunya, sehingga rasa malu itu seperti iman yang mencegah antara dia dengan perbuatan maksiat.” (Fathul Bari (X/522))

HIDUP dan matinya hati dan ruh seseorang itu sangat mempengaruhi sifat malu yang ada pada dirinya. Orang yang punya rasa malu yang sempurna, petanda HATINYA hidup di sisi ALLAH.

ALLAH swt. cinta kepada orang-orang yang punyai sifat malu.

Rasulullah saw. bersabda,

إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ حَيِيٌّ سِتِّيْرٌ يُـحِبُّ الْـحَيَاءَ وَالسِّتْرَ ، فَإِذَا اغْتَسَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَتِرْ.

“Sesungguhnya ALLAH ‘azza wa jalla Maha Pemalu, Maha Menutupi, DIA mencintai rasa malu dan ketertutupan. Apabila salah seorang dari kalian mandi, maka hendaklah dia menutup diri.” (sahih HR Abu Daud)

Jika ALLAH inginkan kebaikan bagi seorang hamba, ALLAH taala akan memasukkan sifat malu dalam diri hamba-Nya itu sehingga dia terdorong untuk melakukan apa yang diridai dan disukai ALLAH.

Sungguh, sifat malu dan akhlak yang lembut itu merupakan sebahagian dari IMAN, dan tempatnya di surga ALLAH. Tiada yang dapat mewarisi sifat-sifat mulia ini, melainkan hamba-hamba yang dikasihi-Nya.

Rasulullah saw. bersabda,

اَلْـحَيَاءُ مِنَ اْلإِيْمَانِ وَ َاْلإِيْمَانُ فِـي الْـجَنَّةِ ، وَالْبَذَاءُ مِنَ الْـجَفَاءِ وَالْـجَفَاءُ فِـي النَّارِ.

“Malu adalah sebagian dari iman, sedang iman tempatnya di Surga. Dan perkataan kotor adalah sebagian dari tabiat kasar, sedang tabiat kasar tempatnya di Neraka.”  (sahih: HR Ahmad (II/501))

"Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak, dan akhlak Islam itu adalah rasa malu." (HR Ibnu Majah)

Wallahualam bisawab

._
@TG, 14082019

Posting Komentar

0 Komentar